REVIEW JURNAL MATA KULIAH KEBUMIAN DAN MITIGASI BENCANA

 

REVIEW JURNAL

MATA KULIAH KEBUMIAN DAN MITIGASI BENCANA

Dosen Pengampu: Dr.paed. Nurma Yunita Indriyanti, M.Si, MSc

 

 



 

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebumian dan Mitigasi Bencana


Oleh:

Beyfa Rizky Salsabillah Firdaus         (K4518008)

Hanifah Fauzizah                                (K4518016)

Masithoh Dinda Fauziah                     (K4518021)

Zharfan Afina                                      (K4518046)



 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET



Identitas Jurnal

Judul

Damages to school infrastructure and development to disaster prevention education strategy after Typhoon Morakot in Taiwan

Journal

Journal of Disaster Prevention and Management

Penulis

Chien-Yuan Chen, Wen-Cheng Lee 

Tahun

2012

Vol & Issue

Vol. 21, Issue 5

 

Latar Belakang

Bencana alam diantaranya ialah badai, gempa bumi, kekeringan, letusan gunung berapi, dan tsunami. Karena pendidikan pencegahan bencana di negara berkembang belum berjalan dengan baik, dan jumlah korban bencana selalu meningkat tiap tahunnya, maka setiap terjadi bencana para siswa akan diliburkan. Padahal saat pendidikan pencegahan bencana diberikan, korban bencana alam khususnya siswa menjadi turun.

Taiwan sering terjadi bencana, dan bencana terbesar yang pernah ada ialah gempa bumi chi-chi pada tanggal 21 September 1999, dan menyebabkan banyak siswa menjadi korban serta sekolah roboh. Maka dari itu, tanggal 21 September ditetapkan sebagai Hari Keselamatan Sekolah. Pada tanggal tersebut banyak kegiatan pendidikan dan latihan pencegahan bencana. Karena banyaknya bencana yang menyebabkan infrastruktur sekolah rusak parah terutama pada bencana angin topan Morakot

Tujuan

Membahas strategi pendidikan mengenai pencegahan bencana alam di Taiwan dan menyelidiki sekolah-sekolah yang rusak parah akibat angin Topan Morakot.

Metode

Analisis gambar dan tabel

 


Hasil Penelitian

Angin topan morakot membawa hujan lebat dan menyebabkan curah hujan di daerah pegunungan meningkat. Hal tersebut membuat wilayah di pegunungan longsor dan beberapa wilayah lainnya terendam banjir, tak terkecuali beberapa bangunan sekolah di daerah Taiwan timur dan selatan.Tak hanya terendam, beberapa sekolah mengalami kerugian ekonomi paling serius, dari sekolah yang perlu direlokasi hingga sekolah yang hancur. Bencana tersebut juga mengakibatkan beberapa siswa luka berat, tewas, hingga hilang.

Bahkan ada kampus yang sudah tiga kali hancur karena gempa chi-chi tahun 1999, angin topan Xangsane tahun 2000, dan angin topan morakot tahun 2009. Padahal, sekolah yang seharusnya menjadi tempat umum untuk penampungan dan belajar malah menjadi tempat yang berbahaya bagi pengungsi. Selain hujan lebat dan banjir bandang yang menyebabkan sekolah hancur, salah satu penyebab beberapa sekolah hancur karena berada di hilir, sehingga dapat tertimpa longsor dan sekolah menjadi rusak.

Pada beberapa tahun terakhir, unit pemerintah Taiwan di semua tingkatan menjadi semakin sadar akan pentingnya pendidikan pengurangan bencana, dan karena itu telah meningkatkan investasi dalam kegiatan terkait. Sebagai hasil dari kesadaran akan bencana, Departemen Pendidikan (disebut sebagai MOE) di Taiwan mulai merencanakan sekolah pendidikan pencegahan bencana pada tahun 2001.

Pada tahun 2003, Departemen pendidikan Taiwan merencanakan “Program Percontohan untuk Mempromosikan Pendidikan Pencegahan Bencana Teknologi ” untuk kelas jenjang pendidikan dasar-menengah, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya. Proyek tersebut ditujukan untuk pengurangan bencana alam dan teknologi dengan mengintegrasikan sumber daya pendidikan untuk membangun budaya keselamatan dan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap bencana. Pada tahun 2011 proyek “Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Pencegahan Bencana Teknologi dan Percobaan Budidaya” direncanakan untuk semua siswa tingkat.

Rencana pencegahan dan penyelamatan bencana kampus diminta dari semua sekolah eksperimen. Rencana tersebut didasarkan pada manajemen pengurangan bencana, kesiapsiagaan, respon, dan siklus pemulihan. Rincian dari setiap rencana dan item kerja.



Departemen pendidikan Taiwan memulai proyek studi berdasarkan mekanisme dari Service Corps for Disaster Prevention Education (SCDPE). Misi SCDPE adalah memberikan konsultasi untuk sekolah eksperimental melalui telepon, email, instruksi situs, dan pertemuan kesadaran publik. Selain itu, SCDPE membantu sekolah eksperimental dalam pemecahan masalah, yang mencakup beberapa masalah:

1.      materi pendidikan pencegahan bencana;

2.     menyusun rencana pencegahan dan penyelamatan bencana kampus

3.      memperkuat sumber daya pengajaran lokal untuk pendidikan pencegahan bencana

4.      teknologi e-learning


Dalam meninjau keadaan pendidikan pencegahan bencana sekolah saat ini di Taiwan, temuan berikut telah diberikan (Hsu, 2007; Chen dan Lee, 2009):

  1. 1.      Pendidikan pencegahan bencana tidak termasuk dalam kurikulum formal

Ada tujuh bidang pembelajaran formal di Kelas 1-9, yaitu: seni bahasa, fisik, matematika, masyarakat, alam dan teknologi, seni dan kemanusiaan (termasuk musik, visi, dan seni platform), dan kegiatan integratif. Tujuh bidang pembelajaran memaksa integrasi ke dalam kurikulum inti pendidikan informasi dan komputer, pendidikan lingkungan, pendidikan kesetaraan gender, pendidikan hak asasi manusia, pendidikan pengembangan karir, pendidikan ekonomi rumah tangga, dan pendidikan kelautan. Pendidikan pengurangan risiko bencana, formal yang diintegrasikan ke dalam kurikulum, serta pendidikan informal yang diperkenalkan melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler merupakan kekuatan dalam pengurangan risiko bencana (Petal dan Izadkhah, 2008). Pendidikan pencegahan bencana bukanlah kursus formal maupun lintas bidang pembelajaran. Tahapan pendidikan saat ini ditekankan saat memasuki sekolah dan materi ujian kurang memperhatikan pencegahan bencana. Sulit meminta seorang guru untuk mengintegrasikan pendidikan pencegahan bencana ke dalam mata pelajaran inti formal dan kegiatan nonformal.

  1. 2.      Kurangnya tenaga pengajar pendidikan pencegahan bencana yang profesional

Hanya ada sedikit guru di Kelas 1-9 dengan latar belakang terkait pencegahan bencana, dan tidak ada administrator penuh waktu di Kelas 1-12 yang mengambil alih urusan pencegahan bencana kampus. Hampir tidak ada pendidikan pencegahan bencana yang terintegrasi dalam kursus formal dan kegiatan non formal.

  1. 3.      Tidak ada penyelenggara atau pengelola terpadu untuk pendidikan pencegahan bencana

Sasaran pendidikan pencegahan bencana meliputi sekolah dasar, sekolah menengah atas, perguruan tinggi, dan masyarakat pada umumnya; para manajer tersebut berbeda di departemen MOE. Ada kekurangan manajer terpadu untuk mengawasi dan menilai efisiensi pendidikan pencegahan bencana.


Hasil pendidikan pencegahan bencana (2003-2010):

a.       Operasi dan dukungan mekanisme

b.      Kurikulum pengembangan dan popularisasi

c.       Pelatihan guru program

d.      Eksperimental popularisasi

e.       Belajar popularisasi

f.       Efektivitas penilaian mekanisme



Setelah peninjauan menyeluruh terhadap program pendidikan bencana dan mempelajari efek topan di Marokot, hal-hal yang perlu ditekankan dalam pendidikan pencegahan bencana antara lain:

  1. 1.      Integrasi pencegahan bencana ke dalam kurikulum pendidikan formal dan non formal

Integrasi berbagai jenis pendidikan pencegahan bencana melalui sekolah merupakan salah satu cara untuk memastikan bahwa pesan-pesan tersebut menjangkau setiap keluarga dan masyarakat Pendidikan sekolah dapat memberikan informasi yang berguna untuk pengurangan risiko bencana dan cara terbaik untuk itu adalah dengan memasukkan pendidikan manajemen bencana ke dalam kurikulum sekolah, baik pendidikan formal, non-formal, maupun informal. Kemudian, hasil pendidikan dapat ditransfer ke orangtua, saudara, atau masyarakat.

  1. 2.      Program pelatihan guru untuk pendidikan pencegahan bencana kampus

Pelatihan guru yang tepat merupakan komponen penting dalam pendidikan bencana sekolah.Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk mendidik lebih banyak guru dalam kesadaran akan pentingnya pendidikan pencegahan bencana kampus, mulai dari latihan evakuasi darurat, peta pencegahan bencana, dan penguatan tanggap darurat.

  1. 3.      Koalisi untuk kampus dan manajemen bencana berbasis komunitas

Penting untuk menghubungkan sekolah dengan pendidikan komunitas. Selain itu, kolaborasi antara badan pemerintah dan organisasi non-pemerintah lainnya, sekolah, komunitas lokal dan relawan kolaborasi juga sangat penting untuk keberhasilan operasi pengurangan risiko bencana. Program manajemen bencana berbasis komunitas yang terintegrasi telah diterapkan ke lebih dari 100 komunitas di Taiwan.

  1. 4.      Studi tentang dampak perubahan iklim dan kerentanan sekolah.

Topan di Marokot membawa hujan lebat dan angin kencang yang bersifat merusak. Banyak sekolah serta bangunan lain hancur akibat adanya topan tersebut. Oleh karena itu, perubahan iklim dan pengetahuan lokal dimasukkan ke dalam pendidikan formal untuk pencegahan bencana. Selain itu penilaian kerentanan dan dampak untuk adaptasi terhadap perubahan iklim juga mendesak untuk keamanan sekolah. Analisis kerentanan risiko sekolah merupakan upaya tim yang memerlukan penelitian untuk mengidentifikasi risiko sekolah, pemilihan alat penilaian bencana, penentuan prioritas risiko, serta revisi dan penilaian ulang.




KELEBIHAN

Selain kekurangan, pada jurnal juga terdapat beberapa kelebihan. Pertama, walaupun belum terlaksana dengan baik, tetapi sudah ada implementasi program tindak pencegahan bencana setiap tanggal 21 september, dimana sekolah mengadakan latihan pencegahan bencana. Kedua, departemen pendidikan dan pemerintah sudah berupaya untuk membuat program pendidikan pencegahan bencana. Dan yang ketiga, adanya dukungan dari pemerintah berupa fasilitas pelatihan profesional untuk guru pendidikan bencana.


KEKURANGAN

Jika dilihat dari segi isinya, menurut kami terdapat beberapa kekurangan. Pertama, hanya sekitar 2% perguruan tinggi di Taiwan menawarkan pendidikan umum di bidang yang berhubungan dengan bencana. Kedua, kebanyakan kursus di luar sekolah hanya memperkenalkan satu jenis bencana, jarang menyebutkan jenis yang berbeda. Ketiga, pendidikan pencegahan bencana tidak masuk dalam kurikulum formal. Keempat, kurangnya tenaga pendidikan pencegahan bencana yang profesional. Dan yang terakhir, tidak ada penyelenggara atau pengelola terpadu untuk pendidikan pencegahan bencana.

Komentar

  1. Kelompok 3
    Almira Nurfi Hafizah (K4518004)
    Rissa Khairinnaa (K4518037)
    Sutikno (K4518039)
    Yudha Setya Nugraha (K4518046)

    REVIEW DARI KELOMPOK 3

    Identitas jurnal :
    Judul : Damages to school infrastructure and development to disaster prevention education strategy after Typhoon Morakot in Taiwan
    Penulis : Chien-Yuan Chen, Wen-Cheng Lee
    Tahun : 2012
    Volume : 21
    Issue : 5

    Latar belakang
    Paragraf pertama menekankan bahwa pendidikan pencegahan bencana di negara berkembang belum berjalan dengan baik, sehingga terdapat peningkatan jumlah korban bencana tiap tahunnya. Kemudian paragraf kedua mempresentasikan kerusakan akibat bencana terbesar yang pernah ada di Taiwan yaitu gempa bumi chi-chi pada 21 September 1999.

    Tujuan penelitian
    Membahas strategi pencegahan bencana alam di Taiwan melalui pendidikan dan menyelidiki kerusakan akibat angin Topan Morakot.

    Hasil penelitian :
    Angin topan morakot membawa hujan lebat sehingga menyebabkan longsor dan banjir. Kerugian akibat bencana ini sangat serius pada sektor ekonomi, beberapa mengalami luka berat, tewas, hingga hilang
    Pada tahun 2003, Departemen pendidikan Taiwan merencanakan “Program Percontohan untuk Mempromosikan Pendidikan Pencegahan Bencana Teknologi ” untuk berbagai jenjang pendidikan dan masyarakat umum. Proyek diintegrasikan dengan pendidikan sebagai upaya untuk mengurangi bencana alan dan teknologi dengan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap bencana. Proyek ini didasarkan pada manajemen pengurangan bencana, kesiapsiagaan, respon, dan siklus pemulihan. Rincian dari setiap rencana dan item kerja.
    Departemen pendidikan Taiwan memulai proyek studi berdasarkan mekanisme dari Service Corps for Disaster Prevention Education (SCDPE) dengan misi memberikan konsultasi dan membantu sekolah eksperimental dalam pemecahan 4 masalah utama.

    Kelebihan :
    Melalui hasil review sudah dapat menyampaikan isi jurnal secara keseluruhan

    Kekurangan :
    Terdapat beberapa kalimat yang kami rasa tidak berhubungan dengan kalimat sebelumnya
    Contoh :
    Pendidikan pencegahan bencana di negara berkembang belum berjalan dengan baik,......, maka setiap terjadi bencana para siswa akan diliburkan
    Kami rasa tidak ada keterkaitannya.

    BalasHapus
  2. Terimakasih untuk kelompok 7 sudah memaparkan review yang sangat bagus. Artikel mengenai mitigasi bencana dalam lingkup sekolah/pendidikan memang sangat menarik untuk dibahas. Penulis dan reviewer telah memaparkan mengenai kerusakan infrastruktur sekolah dan pengembangan strategi pendidikan pencegahan bencana di Taiwan setelah terjadinya Topan di Kota Morakot. Reviewer memaparkan bahwa penulis menemukan kurangnya kesiapan Negara Taiwan dalam melaksanakan program mitigasi bencana terlebih pada bidang pendidikan karena masih banyak hambatan seperti pendidikan mitigasi bencana tidak masuk ke dalam kurikulum pendidikan formal, kurangnya tenaga pendidik yang profesional, dan sistem pengelolaan yang belum terstruktur. Penulis telah memberikan sedikit saran mengenai program program yang perlu ditekankan dalam pendidikan mitigasi bencana.

    Sedikit saran dari kami kelompok 6 mengenai kelebihan dan kekurangan yang dicantumkan oleh kelompok 7 merupakan kelebihan dan kekurangan yang dilakukan oleh pemerintah Taiwan dalam masalah pencegahan bencana. Reviewer belum mengemukakan kelebihan dan kekurangan dari artikel tersebut misal dari kepenulisannya atau dari bobot tulisannya. Reviewer juga belum menampilkan pandangan reviewer terhadap isi artikel.

    BalasHapus
  3. Review dari kelompok 5:
    Setuju dengan kelompok 7 tentang kekurangan dari jurnal yang direview yaitu tentang pendidikan pencegahan bencana yang tidak dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah formal. Pendidikan pencegahan bencana perlu diberikan kepada siswa-siswa karena datangnya bencana sendiri kadang tidak terprediksi sehingga siswa-siswa yang sudah diajarkan sejak dini tentang pencegahan bencana mampu untuk mengurangi dampak resiko dari bencana yang dialami. Selain itu guru-guru hendaknya juga diberikan oelatihan tentang pencegahan bencana sehingga guru juga bisa membantu mengajarkan pendidikan pencegahan bencana.
    Pemerintah Taiwan sudah mendukung tentang pencegahan bencana. Dengan dukungan pemerintah maka pendidikan pencegahan bencana dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pemerintah Taiwan sudah mengetahui pentingnya tindakan pencegahan dari bencana, bukan hanya mementingkan respon saat bencana. Sebaiknya pemerintah Taiwan memaksimalkan program SCDPE.
    Akan tetapi dalam review tersebut belum disampaikan mengenai kesimpulan.

    BalasHapus
  4. Blok ini mengkaji jurnal yang berjudul Damages to school infrastructure and development to disaster prevention education strategy after Typhoon Morakot in Taiwan.
    Berdasarkan riview kelompok 7 jurnal berisikan kajin bencana yang terjadi di Taiwan yaitu topan marakot dan beberapa unsur mitigasi yang di jelaskan. Hanya saja berdasarkan riview memang kajian lebih mengarah pada pengembangan strategi pendidikan pencegahan bencana setelah Topan Morakot di sekolah pada Taiwan. Sehingga beberapa kajian analis bencana maupun pencegahan atau mitigasi bencana kurang di jelaskan secara detail. Yang di jelaskan merupakan upaya sekolah dalam memperbaiki infrastruktur pasca bencana dan pencegahan berupa hal-hal materi mengenai mitigasi bencana yang perlu di ajarkan di sekolah. Kemudian di riview kurang menjelaskan kecenderjngan kelompok antara pro atau kontra . Namun secara keseluruhan kelompok 7 cukup menjelaskan isi jurnal tersebut. Sehingga dari kami kelompok 1 paham mengenai isi jurnal, namun dari kelompok kami sendiri mengarah di kesetujuan program pencegahan bencana di terapkan sekolah walau memang belum ada di kurikjlum, hal tersebut dapat dilakukan di sela2 pembelajaran dengan di kaitkan materi lain. Dan setuju dengan riviewer dengan adanya dukungan pemerintah dengan mengadakan pelatihan pada guru mengenai materi pencegahan bencana.
    Kelompok 1(Fintya H, Novia W.A, Novi M.S. , Yuni, dan Widya A.D) Terimakasih

    BalasHapus
  5. Review dari Kelompok 4:
    Berdasarkan review tersebut kami kelompok 4 mengetahui bahwa terjadi angin topan yang merusak sekolah di Taiwan. Penelitian menemukan bahwa mitigasi bencana di sekolah tersebut kurang. Sehingga dari peneliti menyarankan beberapa hal dalam pendidikan pencegahan bencana.

    Review pada bagian metode hanya dicantumkan 'analisis gambar dan tabel'. Belum ada kesimpulan dari penelitian tersebut. Kelebihan dan kekurangan yang disebutkan oleh reviewer mengenai sistem pendidikan di Taiwan bukan mengenai penelitian dalam artikel tersebut.
    Reviewer belum menyampaikan sudut pandangnya terkait penelitian tersebut, apakah pro atau kontra dengan penelitian tersebut.

    BalasHapus
  6. Analisis kelompok 2

    Berdasarkan review yang di berikan mengenai artikel yang dipilih, Taiwan merupakan daerah yang rawan bencana sehingga dibutuhkan langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko yang ditimbulkann oleh setiap bencana yang dipaparkan di dalam artikel. Salah satunya melalui bidang pendidikan karena mengingat lembaga pendidikan terutama sekolah juga menjadi daerah yang rentan akan kerusakan pasca bencana seperti yang telah disebutkan. Pembahasan yang disajikan baik dalam artikel ataupun reviewer sangat menarik karena melihat mitigasi bencana dari sisi lain yaitu dari sisi pendidikan mulai dari penetapan program SCDPE yang sangat membatu sekolah dalam melakukan tindakan pencegahan dan penyelamatan bencana. Analisis yang disajikan mengenai risiko bencana dan kurang siapnya sektor pendidikan dalam menghadapj bencana seperti tidak masuknya pendidikan pencegahan bencana dalam kurikulum formal, kurangnya kualifikasi tenaga pengajar dan lainnya sangat bagus sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Taiwan untuk melakukan perbaikan seperti yang telah dituliskan di dalam artikel. Kami sependapat dengan reviewer mengenai analisis kekurangan dan kelebihan dari artikel tersebut secara substansinya akan tetapi reviewer belum menjelaskan kekurangan dan kelebihan artikel dari segi keterbacaan oleh pembaca (kelayakan artikel untuk dibaca, dsb). Terima kasih

    BalasHapus
  7. Kami dari Kelompok 8 yang beranggotakan:
    Nurul Khotimah (K4518029/B)
    Qonita (K4518033/B)
    Risqi Yoga Anisa (K4518036/A)
    Wahyu Kurniawan (K4518041/B)

    Izin menanggapi review artikel yang disusun oleh Kelompok 7, di mana kelompok 7 sudah mampu menguraikan isi dari artikel dengan baik dan mendetail. Namun, pada bagian analisis kekurangan dan kelebihan kami sedikit merasa aneh, kelebihan dan kekurangan yang disampaikan merupakan fakta dari apa yang diteliti bukan kelemahan dan kelebihan dari artikel yang direview. Sehingga alangkah lebih baik bila reviewer dapat dapat menyampaiakn kelebihan yang bisa didapat dari artikel dan kekurangan yang mungkin dapat diperbaiki untuk kedepannya.

    Terima kasih.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer